Pada
pertengahan 1950an, matematikawan Inggris, Sydney Chapman, menghitung
sifat gas yang berada pada suhu demikian dan menemukan kalau ia
merupakan konduktor panas yang sangat baik dan mestinya melebar jauh
melebihi orbit Bumi. Juga ditahun 1950an, ilmuan Jerman bernama Ludwig
Biermann menjadi tertarik dengan fakta kalau tidak peduli apakah komet
menuju atau menjauhi matahari, ekornya selalu menjauhi matahari.
Biermann mengajukan kalau ini terjadi karena Matahari memancarkan aliran
partikel secara tetap yang mendorong ekor komet menjauh. Wilfried
Schroeder mengklaim dalam bukunya, Who First Discovered the
Solar
Wind?,
kalau astronom Jerman, Paul Ahnert adalah yang pertama menghubungkan
angin surya dengan arah ekor komet berdasarkan pengamatan komet
Whipple-Fedke (1942g).
Pada akhir
1990an, instrumen Ultraviolet Coronal Spectrometer (UVCS) di pesawat
antariksa SOHO mengamati daerah percepatan angin surya cepat yang
memancar dari kutub-kutub matahari, dan menemukan kalau angin dipercepat
jauh lebih laju daripada akibat ekspansi termodinamika semata. Model
Parker meramalkan kalau anginnya harus membuat transisi menuju aliran
supersonik pada ketinggian sekitar 4 radius matahari dari fotosfer;
namun transisi (atau titik sonik) sekarang tampak jauh lebih rendah,
mungkin hanya 1 radius matahari di atas fotosfer, menyarankan kalau
beberapa mekanisme tambahan mempercepat angin surya menjauh dari
matahari.
Komponen yang besar dari
angin surya adalah ejeksi massa korona (CME). CME merupakan pelontaran
massa korona dalam waktu tertentu dan meningkatkan intensitas angin
surya. Ketika CME menghantam magnetosfer Bumi, ia secara sementara
mengubah bentuk medan magnet Bumi, mengubah arah jarum kompas, dan
menginduksi arus ground listrik yang besar di Bumi itu sendiri; yang
disebut badai
geomagnetik dan merupakan fenomena global. Hantaman CME dapat
menginduksi rekoneksi magnetik dalam ekor magnet Bumi (sisi tengah malam
magnetosfer); ia melontarkan proton dan elektron turun ke atmosfer
Bumi, dan membentuk aurora.
Merkurius,
planet terdekat dengan Matahari, mendapatkan angin surya dalam jumlah
penuh, dan atmosfernya punah dan transient, sehingga permukaannya
bermandikan radiasi.
Angin surya
menghembuskan gelembung-gelembung dalam medium antar bintang (daerah
yang mengandung gas hidrogen dan helium yang langka yang mengisi
galaksi). Titik dimana kekuatan angin surya tidak lagi cukup untuk
mendorong medium antar bintang disebut heliopause, dan sering dipandang
sebagai perbatasan terluar Tata Surya. Jarak ke heliopause tidak
diketahui dengan pasti, dan mungkin beragam tergantung pada kecepatan
angin surya dan kepadatan lokal medium antar bintang, namun diketahui
kalau ia berada jauh di luar orbit Pluto. Para ilmuan berharap
memperoleh lebih banyak pengetahuan heliopause dari data yang diperoleh
lewat misi Interstellar Boundary Explorer (IBEX) yang diluncurkan bulan
Oktober 2008.
0 komentar:
Posting Komentar