Pada dasarnya, termodinamika adalah ilmu yang mempelajari tentang panas
sebagai energi yang mengalir. Oleh karena itu, sejarah berkembangnya
ilmu termodinamika berawal sejak manusia mulai “memikirkan” tentang
panas. Orang yang pertama kali melakukannya adalah Aristoteles (350 SM).
Dia mengatakan bahwa panas adalah bagian dari materi atau materi
tersusun dari panas.
Penalaran yang dilakukan oleh Aristoteles diteruskan oleh Galileo
Galilei (1593) yang menganggap bahwa panas adalah sesuatu yang dapat
diukur dengan penemuannya berupa termometer air. Beberapa abad
setelahnya Sir Humphrey Davy dan Count Rumford (1799) menegaskan bahwa
panas adalah sesuatu yang mengalir. Kesimpulan ini mendukung prinsip
kerja termometer, tapi membantah pernyataan Aristoteles. Seharusnya
hukum ke-nol termodinamika dirumuskan saat itu, tapi karena
termodinamika belum berkembang sebagai ilmu, maka belum terpikirkan oleh
para ilmuwan. “dua sistem dalam keadaan setimbang dengan sistem ketiga,
maka ketiganya dalam saling setimbang satu dengan lainnya”.
Pada tahun 1778, Thomas Alfa Edison memperkenalkan mesin uap pertama
yang mengkonvesi panas menjadi kerja mekanik. Mesin tersebut
disempurnakan oleh Sardi Carnot (1824). Saat itu, dia berupaya menemukan
hubungan antara panas yang digunakan dan kerja mekanik yang dihasilkan.
Hasil pemikirannya merupakan titik awal perkembangan ilmu termodinamika
klasik dan beliau dianggap sebagai Bapak Termodinamika.
Pada tahun 1845, James P. Joule menyimpulkan bahwa panas dan kerja
adalah dua bentuk energi yang satu sama lain dapat dikonversi.
Kesimpulan ini didukung pula oleh Rudolf Clausius, Lord Kelvin (William
Thomson), Helmhozt, dan Robert Mayer. Selanjutnya, para ilmuwan ini
merumuskan hukum pertama termodinamika (1850). Setahun sebelumnya, Lord
Kelvin telah memperkenalkan istilah termodinamika melalui makalahnya: An
Account of Carnot’s Theory of the Motive Power of Heat. Buku pertama
tentang termodinamika ditulis oleh William Rankine pada tahun 1859.
“perubahan energi dalam dari suatu sistem termodinamika tertutup sama
dengan total dari jumlah energi panas yang disuplai ke dalam sistem dan
kerja yang dilakukan terhadap sistem”
∆U = Q + W
Setelah mempelajari mesin Carnot, Lord Kelvin, Planck, dan menyimpulkan
bahwa pada suatu mesin siklik tidak mungkin kalor yang diterima mesin
diubah semuanya menjadi kerja, selalu ada kalor yang dibuang oleh mesin.
Hal ini karena adalah sifat sistem yang selalu menuju ketidakteraturan,
entropi (S) meningkat. Saat itu hukum kedua termodinamika diperkenalkan
(1860). Menurut Clausius, besarnya perubahan entropi yang dialami oleh
suatu sistem, ketika sistem tersebut mendapat tambahan kalor (Q) pada
temperatur tetap dinyatakan melalui persamaan di bawah :
“total entropi dari suatu sistem termodinamika terisolasi cenderung
untuk meningkat seiring dengan meningkatnya waktu, mendekati nilai
maksimumnya”
Selama tahun 1873-1976, fisikawan matematika Amerika Josiah Willard
Gibbs menerbitkan tiga makalah, salah satunya adalah On the Equilibrium
of Heterogeneous Substances. Makalah tersebut menunjukkan bahwa proses
termodinamika dapat dijelaskan secara matematis, dengan mempelajari
energi, entropi, volume, temperatur dan tekanan sistem, sedemikian rupa
untuk menentukan apakah suatu proses akan terjadi secara spontan. Pada
awal abad ke-20, ahli kimia seperti Gilbert N. Lewis, Merle Randall, dan
EA Guggenheim mulai menerapkan metode matematis Gibbs tersebut untuk
analisis proses kimia yang disebut termodinamika kimia.
Pada tahun 1885, Boltzman menyatakan bahwa energi dalam dan entropi
merupakan besaran yang menyatakan keadaan mikroskopis sistem. Pernyataan
ini mengawali berkembangnya termodinamika statistik, yaitu pendekatan
mikroskopis tentang sifat termodinamis suatu zat berdasarkan perilaku
kumpulan partikel-partikel yang menyusunnya. Dasar-dasar termodinamika
statistik ditetapkan oleh fisikawan seperti James Clerk Maxwell, W.
Nernst, Ludwig Boltzmann, Max Planck, Rudolf Clausius dan J. Willard
Gibbs .Willard Gibbs. Pada tahun 1906 Giauque dan W. Nernst merumuskan
hukum ketiga termodinamika.
“pada saat suatu sistem mencapai temperatur nol absolut, semua proses
akan berhenti dan entropi sistem akan mendekati nilai minimum”
Pada tahun 1911, Einstein menyatakan bahwa massa merupakan perwujudan
dari energi (E=mc2). Hal ini kemudian dibenarkan oleh ilmuwan mekanika
kuantum (1900-1940) bahwa radiasi sebagai bentuk energi bisa bersifat
sebagai partikel. Pernyataan ini seakan-akan membenarkan penalaran
Aristoteles sebelumnya bahwa materi = energi.
Pada tahun 1950, para ilmuwan, seperti Carl Anderson menemukan adanya partikel antimateri yang bisa memusnahkan materi.
SEJARAH PERKEMBANGAN TERMODINAMIKA
02.11 |
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar